Salah tekan tombol, bukan salah anda

Masalah palang parkir otomatis di sebuah mall dan solusinya

Eka Juliantara
6 min readNov 1, 2019
Palang parkir otomatis di sebuah mall. Foto oleh penulis.

Di Indonesia, sepeda motor sangat digemari. Pada 2017, 113 juta orang di Indonesia menggunakan sepeda motor (Sumber: BPS). Saya pikir ini merupakan jumlah yang sangat banyak. Itulah kenapa tempat yang sering dikunjungi saat ini seperti mall punya tempat parkir yang luas.

Untuk menghitung tarif parkir setiap kendaraan, biasanya menggunakan palang parkir otomatis karena cepat. Namun, kalau interface dari mesin tiketnya susah untuk dipahami, akan memakan waktu untuk mempelajarinya atau malah terjadi kesalahan penggunaan. Bayangkan apabila ada orang yang kesusahaan saat menggunakannya. Orang ini akan menyebabkan orang-orang di belakangnya menunggu.

Saya pernah menjadi orang ini dan untuk itu saya ingin menceritakan masalah dan solusi yang saya rancang.

Kejadian

Saat itu saya memasuki sebuah mall menuju tempat parkir. Saya tiba di depan palang parkir dan berniat menekan tombol tiket. Saya bingung karena tiket tak kunjung keluar. Orang di belakang saya memberi tahu kalau ternyata saya menekan tombol bantuan. Dengan penuh rasa malu, saya menekan tombol yang benar, mengambil tiket, lalu pergi.

Lokasi kejadian

Saya penasaran, apakah saya satu-satunya? Apakah ada orang lain yang mengalami masalah serupa? Untuk memenuhi rasa ingin tahu, saya pergi ke lokasi untuk melakukan observasi.

Foto di atas adalah lokasi yang saya maksud. Terdapat 2 mesin tiket yang mari kita sebut A (kiri) dan B (kanan). Mereka mesin yang sama namun memiliki perbedaan posisi dan warna tombol.

Posisi mesin

  • Mesin A berada di kanan jalan dan yang paling dekat dari arah kedatangan sepeda motor.
  • Mesin B berada di kiri jalan dan kedua terdekat dari arah kedatangan sepeda motor setelah mesin A.

Warna tombol

  • Mesin A memiliki tombol tiket yang berwarna serupa dengan tombol bantuan di bawahnya karena lampunya mati.
  • Mesin B memiliki tombol tiket berwarna hijau karena nyala lampu.

Observasi

Tujuan dari observasi ini yaitu mengetahui apabila interface dari mesin sudah mudah digunakan atau belum. Saya menanyakan 2 pertanyaan dalam observasi ini.

  • Apakah interface sudah mudah digunakan?
  • Apakah ada perbedaan penggunaan antara kedua mesin?

Saya mengamati orang-orang yang menggunakan mesin untuk mendapatkan tiket dan memarkir kendaraan mereka. Sambil mengamati, saya mencatat mesin mana yang mereka gunakan dan apakah mereka mudah menggunakannya. Saya melakukan observasi kurang lebih 1 jam dan berikut hasilnya.

Mesin A

  • Digunakan oleh 17 orang.
  • 13 orang berhasil mendapatkan tiket dengan lancar.
  • 4 orang mengalami masalah. 1 orang menekan tombol bantuan secara tidak sengaja dan 3 orang hampir menekan tombol bantuan.

Mesin B

  • Digunakan oleh 42 orang.
  • 39 orang berhasil mendapatkan tiket dengan lancar.
  • 3 orang menekan tombol bantuan secara tidak sengaja

Dari hasil tersebut, saya menemukan perbedaan penggunaan antara mesin A dan B. Namun, apakah interface mesin-mesin tersebut sudah mudah digunakan? Saya rasa sudah cukup mudah namun masih bisa ditingkatkan lagi.

Perbaikan

Tingkat penggunaan

Mesin B memiliki tingkat penggunaan yang lebih banyak dibanding mesin A. Saya pikir hal ini terkait dengan cara orang-orang memilih mesin dari arah kedatangan. Dari arah kedatangan, satu-satu hal yang terlihat berbeda hanya posisi mesin. Tombol tiket belum terlihat. Jadi, posisilah yang mempengaruhi keputusan mereka memilih mesin yang digunakan. Berikut ide posisi yang lebih baik menurut saya.

Fitt’s law berbunyi kalau jarak mempengaruhi cepat tidaknya seseorang mencapai target. Jadi, orang cenderung memilih mesin B karena berpikir akan lebih cepat karena jaranya lebih dekat dari arah kedatangan. Apabila posisi mesin A dan B setara, saya rasa tingkat penggunaan mesin A dan B akan mendekati seimbang.

Tingkat keberhasilan

Walaupun orang-orang sudah berhasil menggunakan kedua mesin untuk mendapat tiket, beberapa orang masih mengalami masalah. Ada 2 jenis masalah yang dialami dan terjadi di kedua mesin.

  1. Orang menekan tombol bantuan.
  2. Orang hampir menekan tombol bantuan.

Petunjuk pertama saya yaitu jumlah masalah yang terjadi di kedua mesin itu berbeda. Masalah 1 lebih banyak terjadi di mesin B. Sedangkan masalah 2 lebih banyak terjadi di mesin A. Petunjuk kedua saya yaitu perbedaan yang ada hanya warna tombol tiket.

Masalah 1 lebih banyak terjadi di mesin B, kenapa? Saya mencoba memahami hal tersebut dengan beberapa teori terkait.

  1. Saat orang-orang melihat 2 tombol, mereka mengerti bahwa itu merupakan 2 tombol yang berbeda menurut similarity principle. Namun, mereka belum paham fungsi kedua tombol.
  2. Mengikut natural eye movement, orang-orang pertama kali akan melihat tombol tiket yang berwarna hijau menyala karena menonjol. Lalu, mata mereka melihat label di bawah tombol yang dekat dengan tombol tiket tersebut. Mereka akan berpikir bahwa label tersebut menyatakan fungsi dari tombol di atasnya menurut proximity principle.
  3. Setelah membaca label, orang-orang berpikir kalau tombol atas itu merupakan tombol bantuan dan bukan tombol tiket yang mereka cari.
  4. Satu-satunya tombol yang tersisa yaitu tombol bawah yang membuat orang-orang yakin kalau itu merupakan tombol tiket.
  5. Secara tidak sengaja, beberapa orang menekan tombol bantuan.

Masalah 2 lebih banyak terjadi di mesin A, kenapa? Seperti sebelumnya, saya mencoba memahami hal tersebut dengan teori-teori terkait.

  1. Saat orang-orang melihat 2 tombol, mereka mengerti bahwa itu merupakan 2 tombol yang sama menurut similarity principle.
  2. Menurut Fitts’s law, orang-orang cenderung memilih tombol yang lebih dekat dahulu. Jadi, tangan mereka akan bergerak menuju tombol bantuan.
  3. Sambil menggerakkan tangan mereka, sebenarnya orang-orang masih berpikir “Apakah benar ini tombol tiket?” karena kesamaan 2 tombol tersebut membuat ragu. Hal ini membuat mereka mengalami disfluency yang membuat mereka lebih berhati-hati dan mempelajari lebih lanjut fungsi dari kedua tombol.
  4. Karena hati-hati, orang-orang mempelajari fungsi tombol secara cermat.
  5. Akhirnya orang-orang sadar kalau mereka hampir menekan tombol bantuan.

Setelah mengerti masalah-masalah tersebut, saya punya cukup bahan bakar untuk menciptakan ide untuk mengatasinya. Berikut merupakan ide interface baru untuk mengatasi masalah tombol tiket tersebut.

Berikut penjelasan dari ide saya.

  • Saya membuat jarak antara tombol bantuan dan tiket yang berguna untuk membuat orang-orang menyadari secara lebih jelas bahwa kedua tombol tersebut memiliki fungsi yang berbeda.
  • Saya juga meletakkan label terkait dekat dengan tombol yang dimaksud untuk membantu orang-orang mengetahui dengan mudah fungsi masing-masing tombol.
  • Saya membuat tombol tiket tetap berwarna hijau menyala dan memberi warna latar belakangnya yang menonjol supaya menjadi yang paling pertama terlihat.
  • Saya juga meletakkan tombol tiket dekat dengan tempat keluarnya tiket supaya secara intuisi lebih meyakinkan orang-orang bahwa tombol ini akan melakukan sesuatu yang mana mengeluarkan tiket dari sana.

Saya harap ide-ide yang saya rancang dapat menjadi solusi yang membuat tingkat penggunaan dan keberhasilan palang parkir otomatis meningkat di mall tersebut.

Sumber teori

--

--

Eka Juliantara

Hi, I’m Eka; If I die someday, I want people to remember me as a man who designed something cool for Indonesian education.